Suasana yang ramai, menghiasi sekolah
yang elit dan favorit itu. Ada yang
berteriak, melompat-lompat, bahkan samapi ada yang jungkir balik dilapangan
basket, setelah mendengar berita yang membuat semua warga sekolah tersenyum
bahagia.
Semua anak kelas XII disekolah itu,
LULUS 100%, dan yang lebih membanggakan lagi, aku mendapat nilai terbesar
disekolah itu. Sebuah pengorbanan yang tidak sia-sia kujalani dari kelas X
sampai sekarang.
“Selamat ya”, seorang cowokmengulurkan
tangan kepadaku. Mimpi apa aku semalam. Rasanya ini sebuah dongen khayalan.
Tapi, ini kenyataan. Kubalas juga dengan mengulurkan tangan dan mengucapkan
“Terimakasih”. Jantungku berdetak seperti gendering yang dipukul keras.
“Shilla, selamat ya. Kamu
memang hebat“, puji Alvin, yang juga memberi
selamat padaku. “Thanks Vin“, jawabku. Alvin meninggalkanku
dengan Cakka. Tamapaknya Cakka ingin berbicara
padaku, mungkin dia gugup. Kupancing dia dengan pertanyaan, “Cakka kamu kenapa? Kamu
mau menanyakan sesuatu?“ tanyaku. “oh tidak... oh ya, Shilla, kamu... kamu....“
katanya terbata-bata. “Kenapa, ada yang salah denganku?“, tanyaku meyakinkan. “Shilla kamu mau dinner
denganku nanti malam?“ tanyanya. “Oh, tuhan... ini benar-benar seperti mimpi.
Dia mengajakku dinner“ batinku. Aku menjawab dengan menganggukan kepala. Rasa
bahagia menyelimuti hati ini. Dia langsung meninggalkanku. Aku juga ingin
mencari sahabat baikku ,Via. Aku ingin
menyampaikan ini padanya. Kucari dia. Sudah dua kali ku kelilingi sekolah yang
besar itu, tapi tidak ketemu juga. Dikelas juga tidak ada, hanya saja seorang
diri. Kutany dia keberadaan Via. Katanya Via sudah pulang. Sayang sekali,
tapi bisa kuberitahu dia besok.
Akhirnya aku pulang.
Setelah sampai didepan pagar sekolah, mobil Cakka berhenti didepanku. “Shilla, ayo naik. Aku antar
pulang. Lagipula, rumah kita kan searah.“, tawarnya. “Terimakasih Cakka, aku pulang sendiri
saja“ tolakku. “Ayo naik.. kalau nggak mau nanti aku marah lo..“ ajak dia lagi.
“Baiklah...“. akhirnya aku naik kemobilnya.
Didalam mobilnya, dia tak banyak bicara. Aku mulai berfikir,
sebaiknya aku Tanya sekarang. “Cakka aku mau nanya, pacar
kamu yang mana sih?“, tanyaku. “Oh, itu. Ternyata kamu perhatian juga.
Sebenarnya pacar aku Cuma atu yaitu Oik. Tapi, karang udah putus. Semua
cewek yang deket sama aku hanya teman. Mungkin mereka merasa aku adalah
pacarnya.“ Jawabnya sambil membanting stir ke kanan. “oh, gitu“ kataku singkat.
“Shilla nanti aku jemput jam
7 ya“. Kata Cakka. Aku hanya
menganggukan kepala.
Akhirnya sampai juga
didepan rumahku. Aku turun dan mengucapkan terimakasih. Marcel
jugameninggalkanku dengan membunyikan bel sebagai jawaban terimakasihku.
Rumah sepi. Mungkin
ibu dan ayah keluar. Aku tak menghiraukan, karena begitu bahagianya diriku hari
ini. Jam dindingku menunjukkan pukul 1 siang. Aku tak sabar menunggu jam 7.
kuputuskan untuk tidur. Tidurku pulas sekali.
Samar, kudengar pintu
dan ada yang memnaggilku. Sepertinya itu Ibu. “Masuk bu, pintunya nggak
dikunci“, perintahku. “Shilla bangun, sudah jam 5.
kamu tidak mandi?“, tanya Ibu. “sebentar Bu. Oh ya Bu, ntar aku ada janji sama
teman jam 7“. Kataku memberi tahu Ibu. “Kemana?“ tumben anak Ibu pergi malam
minggu“ tanya Ibu meyakinkan. “dinner Bu. Sama Cakka anak ketua yayasan disekolahku.“
Jelasku. “Cieee.. anak Ibu lagi jatuh cinta“ goda Ibu. “Ah Ibu...“
Tak terasa waktu
sudah menunjukkan pukul 18.00. Aku mulai bersiap-siap. Aku mulai dengan merias
wajah dulu. Untung saja aku pernah dikasi tahu cara berias sama Ibu. Aku
sedikit gugup, karena ini pertama kalinyaaku dandan sendiri dan pergi malam
minggu untuk dinner bersama cowok. Kuusapkan pelembab dan menyapukan bedak
tipis diwajahku. Lalu, kusapukan juga warna cokelat muda dan coklat tua
dipermukaan kelopak mata dan lipatannya. Tak lupa kuberikan merah pipi di
pipiku. Dan
terakhir lip conditioner dan lipstik tipis berwarna merah muda kecoklatan. Marias wajah sudah selesai. Sekarang tinggal
memakai pakaian. Tinggal 30 menit. Kupakai dress berwarna coklat yang
panjangnya pas mengenai lututku. Selanjutnya kuambilstandard pump di rak
sepatuku. Tak lupa clutch Bag yang berwarna cokelat. Oh ya, rambutku. Aku
bingung harus kuapakan. Akhirnya kuminta Ibuku menjalin rambutku ¼. Itu sebagai
bando. Dan sisanya kubiarkan terurai. Untung saja rambutku panjang lurus.
Poniku kubawa samping kiri. Aku siap…
Cakkapun datang dan menjumputku ke dalam
rumah. Setelah Ibu membukakan pintu, Cakka terdiam bisu menatapku dari atas
sampai bawah. “ada apa? Ada yang
salah dengan penampilanku?”. Tanyaku keheranan. “Tidak, kamu cantik sekali hari
ini”, pujinya. Aku hanya bisa
tersenyum. Karena sudah waktu, kami pamit sama Ibu dan langsung ketempat
tujuan. Tak sampai 20 menit, akhirnya kita sampai disebuah restoran di Jakarta.
Kami duduk di meja no 1 dengan 2 kursi dan meja berbentuk lingkaran dengan
lilin yang menambah suasana romantis.
Marcel
mempersilakanku duduk. “Shilla, kamu benar-benar
cantik hari ini. Penampilanmu
serba coklat“, pujinya. “Really?“ tanyaku meyakinkan. “Yes“ jawabnya singkat.
“Makasi.., iya aku memang suka warna cokelat”, jawabku sambil memesan makanan.
Kami memesan sepiring spaghetti dan lemon tea.
10 menit kemudian, datanglah pesanan
kami. “Shilla, aku ingin bilang
sesuatau sama kamu”, kata Cakka. “Aku juga“ kataku
sambil meminum lemon tea. “kalau gitu aku yang duluan ya.... Cakka sebenarnya aku
mencintaimu sejak pertama kita bertemu. Aku tidak bisa menyembunyikan
perasaanku selama 3 tahun.“ Jelasku. “Benarkah“ aku juga sadar bahwa aku juga
mencintaimu. Shilla, will you be my
girlfriend?“ tanyanya sambil memegang tanganku. Tak ragu lagi kuanggukan kepala
dan menyunggingkan senyum kepadanya, tanda aku menerimanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar