Kebahagian Cinta
Sekitar jam setengah satu pagi, aku tidak bisa tidur. Aku masih heran
dengan ucapan Cakka tadi. Tiba-tiba Cakka datang ke rumahku dan
menyatakan perasaannya. Cakka, cowok populer satu itu kenapa bisa
menyatakan perasaannya padaku? Pada cewek yang terisolasi dari
sekolahannya ini? pada cewek yang tidak pernah dianggap ada di
sekolahannya ini?. Aku terus memikirkan itu.
Besoknya tiba-tiba Cakka menhapiriku di kelas. Dia memang mengobrol
dengan teman-temannya tapi, matanya itu... selalu tertuju padaku. Dan
itu membuat aku.. gugup. Febby, sahabatku pun, menenangkanku. Kemudian Cakka menghampiriku.
“Jawabannya udah, Shil?” tanya Cakka. Aku diam
menatapnya. Kemudian aku menundukkan kepalaku, takut.
“Mau ya, Shill? Shilla?” tanya Cakka lagi. Febby menyenggol-nyenggolku.
Aku bingung kemudian aku berdiri dan bilang pada Cakka,
“tunggu nanti
di taman sekolah. Udah sono lo pergi!”. Kemudian Cakka pergi sambil
menyunggingkan senyuman dibibirnya.
Pulang sekolah aku dan Febbu pergi ke taman menemui Cakka. Kulihat Cakka sudah duduk menungguku. Aku semakin gugup. Kemudian aku
menghampiri Rangga.
“Kenapa lo nembak gue?” tanyaku gugup,
“Karna gue suka sama lo”, aku menatap kaget Cakka. Kaget dengan jawaban Cakka itu. Kulihat Cakka hanya tersenyum padaku.
“Gue kan nggak populer, Ga. Masih banyak cewek-cewek cantik yang suka sama lo” ucapku lagi. Febby mengiyakan.
“Tapi gue sukanya sama lo dan gue mau lo jadi pacar gue!” sahut Cakka tegas. Entah mengapa aku begitu bodoh kala itu. Tiba-tiba saja aku
bilang iya pada Cakka. Apa mungkin karena aku ketakutan sampai
bertindak bodoh seperti ini? padahal aku tau, menjadi pacar Cakka, sama
saja menjadi putri bagi pangeran. Pasti banyak cewek-cewek yang akan
mencabik-cabikku.
Benar saja dugaanku, ternyata berita aku pacaran dengan Cakka sudah
tersebar seantero sekolahan. Cewek-cewek memandang sinis kearahku. Aku
pun tidak berani keluar kelas karena itu. Padahal, di dalam kelas pun
aku sudah muak mendengar sindiran teman-temanku. Ingin rasanya aku
keluar dari sekolah ini.
Tiba-tiba geng Black Devil, geng yang anggotanya cewek-cewek cantik nan
seksi itu menghampiriku. Bunga, ketua geng itu menggebuk mejaku.
“Dasar
cewek nggak tau diri! Udah jelek belagu lagi! Lo kan tau siapa yang
berhak dapetin Rangga! Lo pasti mandi kembang empatbelas rupa buat
nyihir Cakka kan! Lo pasti main dukun! Cuihh!” bentaknya sambil
meludah. Aku tidak terima dengan bentakan itu. Kemudian tanpa kusadari,
aku menggebuk meja juga. Daripada malu karena sudah menggebuk meja,
akhirnya aku membentak Oik ganti.
“Gue nggak pernah ke dukun ya! Cakka yang nyatain perasaannya ke gue
duluan! Gue juga nggak percaya dengan apa yang dilakuin tuh orang! Dan
gue sebenernya nggak tertarik dengan ucapan Cakka karena gue tau cuma
lo yang bisa dapetin Cakka! Tapi gue pikir, its time for chage! So, gue
terima dia” bentakku ganti dan pergi meninggalkan kelas. Aku yakin
pasti Febby kaget dengan ucapanku.
Saat akan keluar kelas, aku melihat Cakka menatapku dalam. Kubalas
tatapan Cakka dengan tatapan sebal dan benci. Dasar cowok! Kenapa dia
nggak ngebantu gue ngadepin Oik?! Ucapku dalam hati.
Keluar toilet, tiba-tiba Obiet, salah satu teman Rangga mendatangiku.
“Gue surprise banget sama ucapan lo tadi waktu ngebentak bunga. Semoga
nantinya lo kuat saat tau yang sebenernya ya” ucap Obiet tersenyum
kemudian pergi meninggalkanku. Aku diam dengan tanda tanya besar
dikepala. Apa maksud perkataan Obiet itu?
Setelah tiga bulan berpacaran dengan Cakka, aku semakin terbiasa dengan
keadaan. Cewek-cewek juga terlihat sudah cuek dengan hubunganku dengan Cakka . Walaupun masih ada yang suka menyindirku, tapi Cakka bilang
cuek saja dengan hal itu. Black Devil juga sudah tidak pernah
menyindirku lagi. Yah, walaupun mereka terutama Oik masih suka deketin Cakka , tapi biarlah. Cakka memang cowok populer yang pantas dideketin
sama cewek populer juga.
Malam itu, Cakka datang ke rumahku. Aku yang sedang belajar, kaget saat
Mama bilang ada Cakka. Dengan hanya mengenakan celana pendek dan baju
bergambar doraemon, buru-buru aku turun kebawah, ke ruang tamu.
Kemudianku sapa Cakka yang sedang duduk. Cakkamenatapku sejenak,
kemudian disapanya aku balik.
“Pergi yuk! Gue lagi suntuk nih” ucap Cakka . Aku menggeleng dengan alasan ingin belajar.
“Udahlah, belajar
kan bisa entar-entar. Gue tunggu empat puluh lima menit dari sekarang!
Cepet!” ucap Cakka kemudian dan menyuruhku ganti baju. Aku pun akhirnya
menuruti.
Sesuai janji, empat puluh lima menit kemudian aku turun dari kamar
dengan menggunakan dress berwarna krem ungu seatas dengkul tapi tetap
dengan sepatu kets unguku. Sebenarnya bajuku ini ku sesuaikan dengan
baju dalaman Cakka yang berwarna krem dan blazer coklatnya Cakka.
Kemudian kuhampiri Cakka yang menatap padaku. Aku tidak mengerti kenapa
dia menatapku seperti itu. Ku goyang-goyangkan tanganku kekanan dan
kekiri tepat didepan wajah Cakka. Kemudian Cakka sadar dan bilang,
“lo
cantik, Shilla. Kenapa gue nggak dari dulu sadar ya? Hehe. Ayo!”.
Kemudian aku dan Cakka pergi dinner malam itu.
Setelah dinner Cakka mengajakku ke tempat seperti sebuah taman. Tapi
kulihat jarang ada orang di taman itu. Kemudian Cakka menyuruhku duduk
dibangku dekat lampu taman. Remang-remang aku melihat wajah Cakka yang
terlihat gugup. Kenapa dia? Tanyaku dalam hati.
Kemudian saat kami berdua sedang mengobrol, tiba-tiba Cakka menggenggam
tanganku. Aku sudah pasti gugup. Jantungku berdetak cepat dari
biasanya. Kami berdua saling pandang. Kemudian Cakka semakin mendekat
denganku. Dipeluknya tubuhku ini. aku juga bisa merasakan detak jantung Cakka . Jantung itu sama sepertiku, berdetak dengan cepat. Setelah
memelukku, kemudian Cakka mencium keningku. Seumur-umur aku belum
pernah dilakukan seperti ini. rangga adalah cowok pertamaku. Cowok
pertama yang menciumku. Kemudian didekatkannya wajah Cakka ke
telingaku. Lalu dia berkata,
“gue suka sama lo, Shil. Lebih dari suka
bahkan”, Cakka kemudian tersenyum dan memelukku lagi. Aku kaget tak
percaya.
Ucapan Cakka tadi malem benar-benar buat aku jadi senyum-senyum
sendiri. Aku seperti orang gila! Apa mungkin aku mulai jatuh cinta? Sama Cakka ? Cowok populer itu? Apa mungkin ucapannya tadi malam sungguhan?
Tanyaku dalam hati.
Febby tiba-tiba bertanya, “lo kenapa sih, Shil? Dari
tadi gue perhatiin... senyum-senyum sendiri?”.
“Gue lagi jatuh cinta,
Za” jawabku sambil senyum-senyum.
“Sama Cakka? Nggak mungkin! Dia Cuma
mainin elo doang tau! Sadarrr!!!!!” teriak Febby kemudian. Teman-teman
yang lainnya lantas menatap kesal kearah aku dan Febby.
Kutarik Febbu keluar kelas. Kami pun ke kantin. Disana aku mulai
menjelaskan semuanya.
“Pertamanya gue juga mikir Cakka cuma main-main,Feb . Tapi liat, udah tiga bulan lebih gue sama dia sekarang. Gue kira
pasti cuma dua hari gitu. Kejadian tadi malem, bener-bener buat gue
yakin kalo Cakka beneran sama gue, Feb. Dia pasti serius sama gue”
ucapku panjang-lebar. Febby kemudian menarik nafas. “Terserah lo deh,Shil . Mungkin menurut lo ini yang terbaik. Yah, semoga aja pemikiran lo
itu bener. Rangga serius dengan lo! Eh tapi, kalo kenyataannya
sebaliknya, lo nggak boleh down dan harus terima semuanya, oke?” sahut
Khanza kemudian. Aku mengangguk menjawab sahutan Febby. Kemudian aku
memeluk senang sahabatku itu.
Seminggu kemudian, aku dan Cakka semakin dekat dan semakin sering
keluar. Sekedar ke toko buku atau jalan-jalan. Hingga pada pagi itu,
sekitar jam 10 pagi, aku kebelet buang air kecil. Aku pun berlari
secepat mungkin agar cepat sampai ke toilet. Terdengar suara Cakka di
salah satu kelas. Aku pun berhenti berari dan melihat Cakka dan
teman-temannya.
“Kka, lo udah berhasil naklukin Shilla selama tiga bulan! Lo juga udah
dapet duit imbalan kan? Enak jadi lo, Ga! Tapi kenapa lo mau terus-terus
deket sama dia? Sama cewek jelek kayak dia! Ini Cuma taruhan, Kka! Dan
lo udah menangin taruhan itu. Masih banyak kan cewek cantik lainnya dari
pada dia? Bunga contohnya, yang udah bener-bener ngejar lo gitu. Kenapa
pake acara seminggu lo deket sama dia, Kka? Sedeng lo!” ucap salah satu
temannya Cakka saat itu. Aku lihat ada Obiet juga disana. Aku
benar-benar terkejut dengan ucapan itu. Taruhan?! Aku hanya dijadikan
taruhan oleh Cakka dan teman-temannya?! Dasar! Semuanya biadap!
Teriakku dalam hati.
Kemudian aku berlari balik ke dalam kelas dan mengambil tasku. Tidak
peduli ada guru saat itu juga. Air mata sudah mengalir dipipiku. Hatiku
benar-benar sakit. Omongan Febby benar, Cakka tidak akan pernah suka
padaku. Kenapa aku bodoh begini?! Cinta benar-benar membuat orang gila!
Ucapku dalam hati.
Dua hari ini aku tidak berangkat kesekolah. Aku juga sudah menceritakan
semuanya pada Mama, jadi Mama pun memaklumi. Kemarin Febby juga sudah
datang ke rumah. Menanyakan kenapa aku nekad mengambil tas lalu pulang
padahal masih ada guru. Aku juga sudah menceritakan semuanya pada Febby . Febby hanya menyemangatiku. Aku tidak bisa memegang janjiku
pada Febby. Aku tidak bisa kalau tidak down begini. Hatiku benar-benar
sakit mendengar dengan kuping sendiri kalau aku hanya dijadikan
permainan orang-orang saja. Aku sedih dan terpuruk.
Malamnya tiba-tiba saja Mama bilang ada yang mencariku. Tadinya aku
tidak mau turun dan menumuin orang itu, tapi karna Mama memaksa,
akhirnya aku turun dengan mata bengkak karena menangis. Lelaki itu
membelakangiku. Saat kusapa, ternyata... Obiet?
“Ngapain kesini?!” tanyaku ketus.
“Gue kesini nggak disuruh Cakka kok.
Gue kesini ya mau jelasin semuanya ke elo, Shil. Gue tau kalo lo udah tau
semuanya” jawab Obiet tenang.
“Tau kalo gue cuma jadi bahan taruhan?”
tanya gue kemudian. Obiet hanya mengangguk malu. Ingin sekali aku
mencekik cowok di depanku ini. karena bagaimanapun juga, dia ikut andil
dalam taruhan ini. karena kulihat saat itu, dia ada disana.
“Kita emang jadiin lo bahan taruhan, Shil. Kita semua minta maap karena
itu. Kita jadiin lo bahan taruhan ya.. karna lo itu lugu. Jadi pasti
gampang mengaruhinya, Shil. Tiga bulan, Shil. Cuma tiga bulan kita nyuruh
Cakka deketin elo tapi.. lo tau sendiri kan? Tiga bulan lebih Cakka malah deketin lo terus. Ya, walau belum dapet penjelasan dari Cakka..
tapi gue yakin dia mulai suka sama lo, Shil. Dia suka serius sama lo!”
jelas Aldo menatapku. Aku terdiam. Memikirkan ucapan Obiet itu.
“Nggak! Gue udah nggak yakin lagi! Gue nggak percaya ucapan lo, ! Lo
sama aja kayak cowok lainnya dan Cakka! Gue nggak bisa percaya elo!”
teriakku kemudian berlari ke kamar dan meninggalkan Obiet.
Besoknya pun aku kembali ke sekolah. Sebelum sampai kelas, tiba-tiba
geng Black Devil menghampiriku. Mereka semua kemudian tertawa.
“nggak
mungkin Cakka beneran suka sama lo, kampung!” ucap Oik kemudian pergi
diikuti teman-temannya. Aku langsung berlari ke kelas. Aku terus
menahan air mata yang mulai menetes, tapi usahaku gagal. Air mata itu
menetes juga. Aku benar-benar bodoh!
Pulang sekolah, entah kenapa langkah kakiku malah pergi ke taman dulu Cakka mengajakku. Aku hanya ingin sendiri. Dan kurasa, taman ini cocok
untuk hatiku. Tempat yang tenang dan damai. Aku juga duduk di bangku
yang sama seperti dulu saat aku berdua dengan Cakka. Tiba-tiba teringat
hari itu lagi. Dimana saat Cakka mengucapkan kata itu. Sekarang semua
sirna. Ternyata ucapan itu hanya pura-pura. Cakka, cowok itu...
harusnya aku sadar...
Sampai sore aku hanya duduk dibangku dekat lampu taman. Memandang kosong
ke depan.
“Bukan maksud gue begitu, Shil”, tiba-tiba ucapan itu
membuyarkan lamunanku. Aku pun menengok kesamping. Kulihat Cakka duduk
disampingku sambil memandang kearah depan juga. Kemudian aku ikut
memandang kearah depan juga. Air mataku mulai menetes. Ingat perkataan
temannya Cakka waktu itu. Saat aku hanya dijadikan bahan taruhan.
“Kenapa lo jahat banget sih, Kka! Gue tau, gue emang cewek lugu yang
nggak ngerti apa-apa malah lo itu pacar pertama gue! Tapi.. seenggaknya
lo mikir perasaan gue dong! Kata-kata sayang itu.. kata-kata itu..
ternyata hanyalah kiasan! Ternyata lo nggak bener suka apalagi sayang
sama gue. Tapi thanks karna dengan itu.. gue belajar buat nggak cepet
kemakan dengan ucapan bullshit cowok!” ucapku. Cakka kemudian
menggenggam tanganku. Dihadapkannya aku pada dirinya.
“Gue salah, Shil. Malah karna taruhan itu.. emm.. gue.. gue.. beneran
suka.. sama.. sama.. lo. Ini sungguhan, Shil! Ini perasaan gue sama lo!
Karena taruhan itu gue su.. gue suka sama lo! Maap karena kebodohan gue
udah bohongin lo, Shil. Gue bener-bener minta maap tentang taruhan itu,Shil . Sekarang.. gue bener-bener jatuh cinta sama lo” jelas Cakka. Aku
hanya melihat wajah cowok itu. Kali ini aku yakin, Cakka benar-benar
mengucapkan dari hati. Aku melihat ketulusan di wajah tampan Rangga itu.
“Shilla, gue sayang sama lo” ucap Cakka lagi kemudian memelukku. Memeluk
eratku seakan tidak mau melepaskannya. Entah kenapa, aku merasa nyaman
dengan pelukan itu. Tiba-tiba aku membalas pelukan itu. Aku benar-benar
yakin.. Cakka menyayangiku sebagai pacarnya. Aku juga sayang sama kamu,Kka . Ucapku dalam hati kemudian tersenyum.
No matter how far the journey,
No matter how dark the days,
No matter how long the time,
I know,
I always know,
You’ll love me till the end...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar