Kamis, 07 Maret 2013

Kebahagian Cinta


 



 


 

Sekitar jam setengah satu pagi, aku tidak bisa tidur. Aku masih heran dengan ucapan Cakka tadi. Tiba-tiba Cakka datang ke rumahku dan menyatakan perasaannya. Cakka, cowok populer satu itu kenapa bisa menyatakan perasaannya padaku? Pada cewek yang terisolasi dari sekolahannya ini? pada cewek yang tidak pernah dianggap ada di sekolahannya ini?. Aku terus memikirkan itu.
Besoknya tiba-tiba Cakka menhapiriku di kelas. Dia memang mengobrol dengan teman-temannya tapi, matanya itu... selalu tertuju padaku. Dan itu membuat aku.. gugup. Febby, sahabatku pun, menenangkanku. Kemudian Cakka menghampiriku. 

“Jawabannya udah, Shil?” tanya Cakka. Aku diam menatapnya. Kemudian aku menundukkan kepalaku, takut.
“Mau ya, Shill? Shilla?” tanya Cakka lagi. Febby menyenggol-nyenggolku. Aku bingung kemudian aku berdiri dan bilang pada Cakka,

“tunggu nanti di taman sekolah. Udah sono lo pergi!”. Kemudian Cakka pergi sambil menyunggingkan senyuman dibibirnya.
Pulang sekolah aku dan Febbu pergi ke taman menemui Cakka. Kulihat Cakka sudah duduk menungguku. Aku semakin gugup. Kemudian aku menghampiri Rangga.

“Kenapa lo nembak gue?” tanyaku gugup,

“Karna gue suka sama lo”, aku menatap kaget Cakka. Kaget dengan jawaban Cakka itu. Kulihat Cakka hanya tersenyum padaku.

“Gue kan nggak populer, Ga. Masih banyak cewek-cewek cantik yang suka sama lo” ucapku lagi. Febby mengiyakan.

“Tapi gue sukanya sama lo dan gue mau lo jadi pacar gue!” sahut Cakka tegas. Entah mengapa aku begitu bodoh kala itu. Tiba-tiba saja aku bilang iya pada Cakka. Apa mungkin karena aku ketakutan sampai bertindak bodoh seperti ini? padahal aku tau, menjadi pacar Cakka, sama saja menjadi putri bagi pangeran. Pasti banyak cewek-cewek yang akan mencabik-cabikku.

Benar saja dugaanku, ternyata berita aku pacaran dengan Cakka sudah tersebar seantero sekolahan. Cewek-cewek memandang sinis kearahku. Aku pun tidak berani keluar kelas karena itu. Padahal, di dalam kelas pun aku sudah muak mendengar sindiran teman-temanku. Ingin rasanya aku keluar dari sekolah ini.

Tiba-tiba geng Black Devil, geng yang anggotanya cewek-cewek cantik nan seksi itu menghampiriku. Bunga, ketua geng itu menggebuk mejaku. 

“Dasar cewek nggak tau diri! Udah jelek belagu lagi! Lo kan tau siapa yang berhak dapetin Rangga! Lo pasti mandi kembang empatbelas rupa buat nyihir Cakka kan! Lo pasti main dukun! Cuihh!” bentaknya sambil meludah. Aku tidak terima dengan bentakan itu. Kemudian tanpa kusadari, aku menggebuk meja juga. Daripada malu karena sudah menggebuk meja, akhirnya aku membentak Oik ganti.
“Gue nggak pernah ke dukun ya! Cakka yang nyatain perasaannya ke gue duluan! Gue juga nggak percaya dengan apa yang dilakuin tuh orang! Dan gue sebenernya nggak tertarik dengan ucapan Cakka karena gue tau cuma lo yang bisa dapetin Cakka! Tapi gue pikir, its time for chage! So, gue terima dia” bentakku ganti dan pergi meninggalkan kelas. Aku yakin pasti Febby kaget dengan ucapanku.

Saat akan keluar kelas, aku melihat Cakka menatapku dalam. Kubalas tatapan Cakka dengan tatapan sebal dan benci. Dasar cowok! Kenapa dia nggak ngebantu gue ngadepin Oik?! Ucapku dalam hati.

Keluar toilet, tiba-tiba Obiet, salah satu teman Rangga mendatangiku.

“Gue surprise banget sama ucapan lo tadi waktu ngebentak bunga. Semoga nantinya lo kuat saat tau yang sebenernya ya” ucap Obiet tersenyum kemudian pergi meninggalkanku. Aku diam dengan tanda tanya besar dikepala. Apa maksud perkataan Obiet itu?

Setelah tiga bulan berpacaran dengan Cakka, aku semakin terbiasa dengan keadaan. Cewek-cewek juga terlihat sudah cuek dengan hubunganku dengan Cakka . Walaupun masih ada yang suka menyindirku, tapi Cakka bilang cuek saja dengan hal itu. Black Devil juga sudah tidak pernah menyindirku lagi. Yah, walaupun mereka terutama Oik masih suka deketin Cakka , tapi biarlah. Cakka memang cowok populer yang pantas dideketin sama cewek populer juga.

Malam itu, Cakka datang ke rumahku. Aku yang sedang belajar, kaget saat Mama bilang ada Cakka. Dengan hanya mengenakan celana pendek dan baju bergambar doraemon, buru-buru aku turun kebawah, ke ruang tamu. Kemudianku sapa Cakka yang sedang duduk. Cakkamenatapku sejenak, kemudian disapanya aku balik. 

“Pergi yuk! Gue lagi suntuk nih” ucap Cakka . Aku menggeleng dengan alasan ingin belajar. 

“Udahlah, belajar kan bisa entar-entar. Gue tunggu empat puluh lima menit dari sekarang! Cepet!” ucap Cakka kemudian dan menyuruhku ganti baju. Aku pun akhirnya menuruti.
Sesuai janji, empat puluh lima menit kemudian aku turun dari kamar dengan menggunakan dress berwarna krem ungu seatas dengkul tapi tetap dengan sepatu kets unguku. Sebenarnya bajuku ini ku sesuaikan dengan baju dalaman Cakka yang berwarna krem dan blazer coklatnya Cakka. Kemudian kuhampiri Cakka yang menatap padaku. Aku tidak mengerti kenapa dia menatapku seperti itu. Ku goyang-goyangkan tanganku kekanan dan kekiri tepat didepan wajah Cakka. Kemudian Cakka sadar dan bilang,

“lo cantik, Shilla. Kenapa gue nggak dari dulu sadar ya? Hehe. Ayo!”. Kemudian aku dan Cakka pergi dinner malam itu.
Setelah dinner Cakka mengajakku ke tempat seperti sebuah taman. Tapi kulihat jarang ada orang di taman itu. Kemudian Cakka menyuruhku duduk dibangku dekat lampu taman. Remang-remang aku melihat wajah Cakka yang terlihat gugup. Kenapa dia? Tanyaku dalam hati.

Kemudian saat kami berdua sedang mengobrol, tiba-tiba Cakka menggenggam tanganku. Aku sudah pasti gugup. Jantungku berdetak cepat dari biasanya. Kami berdua saling pandang. Kemudian Cakka semakin mendekat denganku. Dipeluknya tubuhku ini. aku juga bisa merasakan detak jantung Cakka . Jantung itu sama sepertiku, berdetak dengan cepat. Setelah memelukku, kemudian Cakka mencium keningku. Seumur-umur aku belum pernah dilakukan seperti ini. rangga adalah cowok pertamaku. Cowok pertama yang menciumku. Kemudian didekatkannya wajah Cakka ke telingaku. Lalu dia berkata, 

“gue suka sama lo, Shil. Lebih dari suka bahkan”, Cakka kemudian tersenyum dan memelukku lagi. Aku kaget tak percaya.
Ucapan Cakka tadi malem benar-benar buat aku jadi senyum-senyum sendiri. Aku seperti orang gila! Apa mungkin aku mulai jatuh cinta? Sama Cakka ? Cowok populer itu? Apa mungkin ucapannya tadi malam sungguhan? Tanyaku dalam hati. 

Febby tiba-tiba bertanya, “lo kenapa sih, Shil? Dari tadi gue perhatiin... senyum-senyum sendiri?”. 

“Gue lagi jatuh cinta, Za” jawabku sambil senyum-senyum. 

“Sama Cakka? Nggak mungkin! Dia Cuma mainin elo doang tau! Sadarrr!!!!!” teriak Febby kemudian. Teman-teman yang lainnya lantas menatap kesal kearah aku dan Febby.
Kutarik Febbu keluar kelas. Kami pun ke kantin. Disana aku mulai menjelaskan semuanya. 

“Pertamanya gue juga mikir Cakka cuma main-main,Feb . Tapi liat, udah tiga bulan lebih gue sama dia sekarang. Gue kira pasti cuma dua hari gitu. Kejadian tadi malem, bener-bener buat gue yakin kalo Cakka beneran sama gue, Feb. Dia pasti serius sama gue” ucapku panjang-lebar. Febby kemudian menarik nafas. “Terserah lo deh,Shil . Mungkin menurut lo ini yang terbaik. Yah, semoga aja pemikiran lo itu bener. Rangga serius dengan lo! Eh tapi, kalo kenyataannya sebaliknya, lo nggak boleh down dan harus terima semuanya, oke?” sahut Khanza kemudian. Aku mengangguk menjawab sahutan Febby. Kemudian aku memeluk senang sahabatku itu.
Seminggu kemudian, aku dan Cakka semakin dekat dan semakin sering keluar. Sekedar ke toko buku atau jalan-jalan. Hingga pada pagi itu, sekitar jam 10 pagi, aku kebelet buang air kecil. Aku pun berlari secepat mungkin agar cepat sampai ke toilet. Terdengar suara Cakka di salah satu kelas. Aku pun berhenti berari dan melihat Cakka dan teman-temannya.

“Kka, lo udah berhasil naklukin Shilla selama tiga bulan! Lo juga udah dapet duit imbalan kan? Enak jadi lo, Ga! Tapi kenapa lo mau terus-terus deket sama dia? Sama cewek jelek kayak dia! Ini Cuma taruhan, Kka! Dan lo udah menangin taruhan itu. Masih banyak kan cewek cantik lainnya dari pada dia? Bunga contohnya, yang udah bener-bener ngejar lo gitu. Kenapa pake acara seminggu lo deket sama dia, Kka? Sedeng lo!” ucap salah satu temannya Cakka saat itu. Aku lihat ada Obiet juga disana. Aku benar-benar terkejut dengan ucapan itu. Taruhan?! Aku hanya dijadikan taruhan oleh Cakka dan teman-temannya?! Dasar! Semuanya biadap! Teriakku dalam hati.

Kemudian aku berlari balik ke dalam kelas dan mengambil tasku. Tidak peduli ada guru saat itu juga. Air mata sudah mengalir dipipiku. Hatiku benar-benar sakit. Omongan Febby benar, Cakka tidak akan pernah suka padaku. Kenapa aku bodoh begini?! Cinta benar-benar membuat orang gila! Ucapku dalam hati.

Dua hari ini aku tidak berangkat kesekolah. Aku juga sudah menceritakan semuanya pada Mama, jadi Mama pun memaklumi. Kemarin Febby juga sudah datang ke rumah. Menanyakan kenapa aku nekad mengambil tas lalu pulang padahal masih ada guru. Aku juga sudah menceritakan semuanya pada Febby . Febby hanya menyemangatiku. Aku tidak bisa memegang janjiku pada Febby. Aku tidak bisa kalau tidak down begini. Hatiku benar-benar sakit mendengar dengan kuping sendiri kalau aku hanya dijadikan permainan orang-orang saja. Aku sedih dan terpuruk.

Malamnya tiba-tiba saja Mama bilang ada yang mencariku. Tadinya aku tidak mau turun dan menumuin orang itu, tapi karna Mama memaksa, akhirnya aku turun dengan mata bengkak karena menangis. Lelaki itu membelakangiku. Saat kusapa, ternyata... Obiet?

“Ngapain kesini?!” tanyaku ketus. 

“Gue kesini nggak disuruh Cakka kok. Gue kesini ya mau jelasin semuanya ke elo, Shil. Gue tau kalo lo udah tau semuanya” jawab Obiet tenang. 

“Tau kalo gue cuma jadi bahan taruhan?” tanya gue kemudian. Obiet hanya mengangguk malu. Ingin sekali aku mencekik cowok di depanku ini. karena bagaimanapun juga, dia ikut andil dalam taruhan ini. karena kulihat saat itu, dia ada disana.
“Kita emang jadiin lo bahan taruhan, Shil. Kita semua minta maap karena itu. Kita jadiin lo bahan taruhan ya.. karna lo itu lugu. Jadi pasti gampang mengaruhinya, Shil. Tiga bulan, Shil. Cuma tiga bulan kita nyuruh Cakka deketin elo tapi.. lo tau sendiri kan? Tiga bulan lebih Cakka malah deketin lo terus. Ya, walau belum dapet penjelasan dari Cakka.. tapi gue yakin dia mulai suka sama lo, Shil. Dia suka serius sama lo!” jelas Aldo menatapku. Aku terdiam. Memikirkan ucapan Obiet itu.

“Nggak! Gue udah nggak yakin lagi! Gue nggak percaya ucapan lo, ! Lo sama aja kayak cowok lainnya dan Cakka! Gue nggak bisa percaya elo!” teriakku kemudian berlari ke kamar dan meninggalkan Obiet.

Besoknya pun aku kembali ke sekolah. Sebelum sampai kelas, tiba-tiba geng Black Devil menghampiriku. Mereka semua kemudian tertawa. 

“nggak mungkin Cakka beneran suka sama lo, kampung!” ucap Oik kemudian pergi diikuti teman-temannya. Aku langsung berlari ke kelas. Aku terus menahan air mata yang mulai menetes, tapi usahaku gagal. Air mata itu menetes juga. Aku benar-benar bodoh!
Pulang sekolah, entah kenapa langkah kakiku malah pergi ke taman dulu Cakka mengajakku. Aku hanya ingin sendiri. Dan kurasa, taman ini cocok untuk hatiku. Tempat yang tenang dan damai. Aku juga duduk di bangku yang sama seperti dulu saat aku berdua dengan Cakka. Tiba-tiba teringat hari itu lagi. Dimana saat Cakka mengucapkan kata itu. Sekarang semua sirna. Ternyata ucapan itu hanya pura-pura. Cakka, cowok itu... harusnya aku sadar...

Sampai sore aku hanya duduk dibangku dekat lampu taman. Memandang kosong ke depan. 

“Bukan maksud gue begitu, Shil”, tiba-tiba ucapan itu membuyarkan lamunanku. Aku pun menengok kesamping. Kulihat Cakka duduk disampingku sambil memandang kearah depan juga. Kemudian aku ikut memandang kearah depan juga. Air mataku mulai menetes. Ingat perkataan temannya Cakka waktu itu. Saat aku hanya dijadikan bahan taruhan.
“Kenapa lo jahat banget sih, Kka! Gue tau, gue emang cewek lugu yang nggak ngerti apa-apa malah lo itu pacar pertama gue! Tapi.. seenggaknya lo mikir perasaan gue dong! Kata-kata sayang itu.. kata-kata itu.. ternyata hanyalah kiasan! Ternyata lo nggak bener suka apalagi sayang sama gue. Tapi thanks karna dengan itu.. gue belajar buat nggak cepet kemakan dengan ucapan bullshit cowok!” ucapku. Cakka kemudian menggenggam tanganku. Dihadapkannya aku pada dirinya.

“Gue salah, Shil. Malah karna taruhan itu.. emm.. gue.. gue.. beneran suka.. sama.. sama.. lo. Ini sungguhan, Shil! Ini perasaan gue sama lo! Karena taruhan itu gue su.. gue suka sama lo! Maap karena kebodohan gue udah bohongin lo, Shil. Gue bener-bener minta maap tentang taruhan itu,Shil . Sekarang.. gue bener-bener jatuh cinta sama lo” jelas Cakka. Aku hanya melihat wajah cowok itu. Kali ini aku yakin, Cakka benar-benar mengucapkan dari hati. Aku melihat ketulusan di wajah tampan Rangga itu.

“Shilla, gue sayang sama lo” ucap Cakka lagi kemudian memelukku. Memeluk eratku seakan tidak mau melepaskannya. Entah kenapa, aku merasa nyaman dengan pelukan itu. Tiba-tiba aku membalas pelukan itu. Aku benar-benar yakin.. Cakka menyayangiku sebagai pacarnya. Aku juga sayang sama kamu,Kka . Ucapku dalam hati kemudian tersenyum.



No matter how far the journey,

No matter how dark the days,

No matter how long the time,

I know,

I always know,

You’ll love me till the end...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar