Selasa, 09 April 2013

Indah Pada Waktunya


“Indah Pada Waktunya” kalimat itu banyak yang mempercayainya. Apa aku bisa mempercayainya juga? Dengan keadaan ku yang seperti ini?.
Nama ku Ashilla Zahrantiara. Aku tinggal bersama adikku, karena beberapa tahun yang lalu kami kehilangan kedua orang tua kami pada suatu kecelakaan. Walau kehidupan ku sudah cukup, tetapi aku merindukan sosok kedua orang tua ku. Di umur ku yang baru menginjak lima belas tahun aku sudah mengurus perusahaan keluarga Ayahku yang di beri kepada ku.
Aku mempunyai penyakit yang semua orang tidak tahu kecuali adik ku Shanin.
Hari ini seperti biasa aku bersekolah, aku sekarang kelas 11 IPA 1 di salah satu SMA Idola milik Ayah ku. Banyak yang bertanya aku baru berumur  empat belas tahun, kenapa sudah kelas 11? Itu karena aku mengikuti program Akselerasi siswa. Aku memiliki sahabat bernama Via, dia sangat baik dan Ia mempunyai pacar bernama Alvin.

Hari ini aku berangkat lebih awal dan keadaan sekolah masih sangat sepi.
“Sepertinya aku datang kepagian, lebih baik aku bermain basket saja” gumam ku. Aku pun mengambil bola basket di ruang Olahraga dan memainkannya di lapangan. Tiba – tiba ada yang menepuk pundak ku dari belakang.
“Hai” sapanya.
“Hai juga” jawabku dan berhenti memainkan bola basket.
“Aku siswa baru di sini, nama mu Shilla ya?” tanyanya
“Iya” jawabku singkat
“Nama ku Cakka Nuraga” ucapnya sambil menyalamiku
“Ooh, jadi apa mau mu?” tanya ku
“Bisakah kau mengantar ku ke ruang kepala sekolah?” tanya Cakka
“Bisa. Tapi aku harus mengembalikan bola basket ini ke ruang Olahraga, kau tunggu saja di sini” jawab ku sambil berjalan menuju ruang Olahraga, tetapi Cakka mencegatku.
“Aku mengikuti mu saja” ucap Cakka
“Ya sudah, ayo” ucap ku.

Setelah aku menyimpan bola basket itu, kami langsung menuju ruang kepala sekolah.
“Permisi, Pak” ucapku sambil mengetuk pintu
“Masuk saja” jawab Pak Rangga dari dalam. Dan aku bersama Cakka masuk ke ruangan itu.
“Ada apa Shilla?” tanya Pak Rangga
“Tidak ada apa – apa. Aku hanya mengantar siswa baru ini menemui Bapak” jawabku
“Ooh, jadi kamu Cakka?” tanya Pak Rangga
“Iya Pak, saya mau tanya kelas saya dimana?” tanya Cakka
“Kamu satu kelas dengan Shilla. Shilla, kamu bisa kan mengantar Cakka?” jawabnya ke Cakka dan tanyanya pada ku.
“Tentu bisa Pak. Ya sudah, kami permisi dulu” ucap ku
“Silahkan” ucap Pak Rangga sambil tersenyum

Kami pun berjalan menuju kelas, seperti biasa aku selalu memberi senyuman pada para cowok –  cowok yang sudah mengagumi ku dan menunggu ku dari tadi. Mereka sering memberi ku bunga maupun cholate, tetapi aku menganggap itu hanya kekaguman mereka kepada ku. Walaupun beberapa dari mereka yang sudah menyatakan cintanya kepadaku dan aku tidak menerimanya, mereka tetap saja tidak berhenti mengejarku.
Sampai di kelas aku sudah melihat sepasang kekasih yang sedang bermesraan, dan aku pun mempunyai ide jahil untuk mengejutkan mereka.
“DUARR!” kejut ku
“Shilla, kamu ini jahil sekali” gerutu Via
“Haha, aku hanya bercanda Via” ucapku
“Itu siapa yang ada di belakangmu?” bisik Via. Aku pun baru teringat bahwa aku bersama Cakka.
“Oh, iya. Ini siswa baru namanya Cakka” ucap ku
“Cakka”
“Via”
“Cakka”
“Alvin”
“Kamu pindahan dari mana?” tanya Via
“Aku pindahan dari Bandung” jawab Cakka
“Cakka, kau duduk denganku saja” ucap Alvin
“Baiklah, tempat duduk mu dimana?” tanya Cakka
“Ini di belakang, Shilla dan Via” jawab Alvin sambil mendekati meja di belakang aku dan Via
“Baiklah.” Ucap Cakka sambil menuju kursi di belakang ku.
Setelah bell berbunyi kami pun langsung mempelajari materi yang di beri oleh Ibu Winda. Dan kami pun di beri tugas kelompok, dan kelompok ku terdiri dari aku, Via, Alvin, dan Cakka.
“Kapan kita mengerjakan tugas ini?” tanya Via
“Besok saja hari Sabtu kan libur” jawab ku
“Dimana?” tanya Alvin
“Di rumah ku saja” jawab ku
“Rumah mu dimana? Aku tidak tahu” tanya Cakka
“Di Perumahan Permata Indah blok C nomor 9” jawab ku
“Berarti kita bertetangga, aku nomor 10” ucap Cakka
“Ya sudah. Besok jam 2 kita ke rumah Shilla” ucap Alvin
“Ok” ucap aku, Via dan Cakka

Tidak terasa waktu berputar cepat, sekarang sudah hari Sabtu. Sebentar lagi Via, Alvin, dan Cakka akan datang ke rumah ku. Dari tadi pagi kepalaku sedikit pusing, Shanin pun menjaga ku terus, semoga saat teman – temanku datang penyakit ku tidak kambuh.
Akhirnya teman – teman ku sudah datang, dan kami pun mengerjakan tugas dari Ibu Winda selama 2 jam. Tiba – tiba kepala ku pusing.
“Shilla, kamu kenapa?” tanya Cakka di samping ku
“Aku tidak apa” jawab ku tersenyum
“Tapi, wajah mu pucat” ucap Via
“Tidak apa, mungkin aku kecapekan” ucap ku
"Yakin kamu tidak apa?" tanya Via
"Iya, aku tidak apa" jawab ku
"Ya sudah, kami pulang dulu. Lebih baik kamu istirahat" ucap Via sambil beranjak dari sofa dan menuju pintu bersama Alvin dan Cakka
"Iya" ucap ku sambil mengikuti mereka dari belakang.
"Kami pulang dulu ya, Bye!" ucap Via dan Alvin, tetapi Cakka masih ada di sampingku
"Iya" ucap ku.
"Shilla" panggil Cakka
"Kenapa?" tanya ku
"Wajahmu pucat sekali, aku antar kamu ke dalam ya" ucap Cakka sambil merangkul pundak ku dan menuju ke dalam rumah.
"Kamu tinggal sama siapa di rumah?" tanya Cakka
"Aku tinggal bersama Shanin adik ku" jawab ku
"Ayah dan Ibu mu kemana?" tanya Cakka
"Orang tuaku sudah di surga" jawabku sambil tersenyum
"Maaf, aku tidak bermaksud" ucap Cakka
"Tidak apa." ucap ku
"Ya sudah, aku pulang dulu" ucap Cakka, tiba - tiba Ia mencium keningku
"I..iya" jawab ku gugup
"Besok aku jemput. Bye" ucap Cakka sambil memlambaikan tangannya dan keluar dari rumah
"Iya" ucap ku. 
Tiba - tiba Shanin mengejutkan ku dari belakang.
"Ciee, ternyata kakak ku sudah punya pacar" ledek Shanin
"Aku tidak punya pacar" ucap ku
"Tadi itu siapa?" tanya Shanin
"Itu teman baru ku namanya Cakka" jawab ku
"Teman dan pacar" ledek Shanin
"Ih, kamu ini. Aku tau kamu sudah pacaran dengan Gemy" ledek ku
"Kamu tau dari mana?" tanya Shanin penasaran
"Kemarin aku liat kamu pergi bersama Gemy" jawab ku dan meninggalkan Shanin sendiri menuju kamar.
"Apa ini yang namanya cinta? Setiap aku dekat dengan dia, aku selalu nyaman. Tetapi aku tidak mau membuka hati ku, aku takut dia hanya mempermainkanku" gumam Ku dalam hati


Hari ini aku pergi ke sekolah bersama Cakka. Tiba di sekolah, aku langsung diperhatikan oleh murid - murid yang membuat ku tidak enak. Tiba - tiba Cakka merangkul pundakku dan kami menuju kelas untuk menyimpan tas dan langsung ke lapangan karena hari ini ada pelajaran olahraga.
 Cakka sudah pergi bermain basket dengan Alvin, dan aku sudah seperti biasa bermain basket dengan Via. Tapi tiba - tiba ada yang menghampiriku.
"Hai, Shilla" sapanya
"Hai, kamu siapa ya?" tanya ku
"Aku Christ kelas 12 IPS 1" jawab Christ
"Oh, kenapa kamu keluar kelas?" tanya ku
"Guru tidak ada, jadi aku keluar kelas saja." jawab Christ
"Oh" gumam ku
"Nanti malam kamu ada acara tidak?" tanya Christ
"Sepertinya tidak ada" jawab ku
"Kalau begitu, kamu bisa menemani ku jalan nanti malam?" tanya Christ
"Bisa" jawab ku
"aku jemput jam 7 malam ya" ucap Christ
"Ok" ucap ku
"Aku ke kelas dulu ya, sampai jumpa nanti malam" ucap Christ sambil meninggalkan ku. Tiba - tiba Via menghampiriku.
"Kamu tau dia siapa?" tanya Via
"Itu Christ" jawab ku
"Sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan dia, dia itu playboy" ucap Via
"Iya, aku tau" ucap ku
"Ya sudah, ayo kita ganti baju. Sebentar lagi sudah mau ganti jam pelajaran" ajak Via
"Ayo" ucap ku

Seperti biasa jika guru sedang rapat, kelas kami selalu ribut.
"Cakka, kau kenapa?" tanya Alvin
"Tidak apa"  jawab Cakka tetap memandang Shilla
"Bohong, kau suka dengan Shilla?" tanya Alvin
"Apa? Tidak" jawab Cakka
"Ya sudah, kalau tidak mau mengakuinya. Nanti malam Shilla mau jalan dengan Christ dia itu playboy, sebaiknya kau mengikuti mereka nanti malam" ucap Alvin
"Oh ya? Baiklah" ucap Cakka

Malam pun tiba tepat jam 19.00 aku sudah di jemput oleh Christ, aku pun langsung memasuki mobilnya. Aku tidak menyadari ada mobil yang sepertinya ingin mengikuti kami.
"Hai, Shilla" ucap Christ
"Hai juga" ucap ku
"Kita ke apartemen ku sebentar ya, sepertinya ponsel ku ketinggalan" ajak Christ.
"Baiklah" jawab ku

Sudah sampai di apartemen Christ, aku pun menunggunya di sofa sambil memperhatikan foto yang ada di atas mejanya. Tiba - tiba Christ memelukku dari belakang.
"Kamu kenapa sih?" tanya ku sambil mencoba melepaskan pelukan Christ
"Ayo, kita bermain - main dulu" ucap Christ sambil mendekati ku.
"Jangan dekat dengan ku" ucapku sambil mencoba menjauh
"Kamu tidak akan lepas dari ku" ucap Christ sambil tersenyum sinis dan makin mendekati ku.
"Awas!" ucapku sambil mendorongnya
"Kenapa? Kamu tidak akan bisa lepas dari ku" ucap Christ sambil mencoba membuka bajunya
"Kamu jangan kurang ajar!" gerutu ku,
"Haha, terserah aku." ucap Christ sambil mendekati ku, aku hanya ketakutan dan memejamkan mata ku. Aku langsung mempunyai ide, untuk menendangnya. Dan akhirnya dia menjauh. Tetapi dia langsung menamparku.
"Aw, kamu itu memang kurang ajar" ucapku
"Aku memang kurang ajar" ucap Christ sambil mendekati ku, tiba - tiba ada yang menarik Christ dari belakang dan memukulnya.
"Kau jangan kurang ajar dengan perempuan" ucap orang itu
"Memangnya kenapa Cakka? kau siapa shilla?" tanya Christ
"Aku pacarnya!" ucap Cakka
"Baru pacar saja" ucap Christ dan langsung memukul Cakka
"STOP! Kau kurang ajar!" ucap ku sambil menatap Christ tajam dan menarik tangan Cakka keluar dari apartemen
"Nanti aku akan balas perbuatan kalian" gumam Christ

Di mobil Cakka, aku hanya menangis karena mengingat kejadian tadi.
"Shilla, jangan nangis lagi" ucap Cakka menenangkan ku
"Iya, terima kasih" ucap ku sambil tersenyum
"Pipi kamu bengkak, nanti aku obatin ya" ucap Cakka sambil tersenyum
"Iya" ucap ku

Sampai di rumah, aku langsung duduk di sofa karena capek. Tiba - tiba Cakka menghampiriku.
"Kotak obat - obatan buat luka dimana?" tanya Cakka
"Di atas sana" ucapku sambil menunjuk sebuah kotak bewarna putih
"Aku ambil dulu" ucap Cakka sambil mengambil kotak itu.
"Sini, aku obatin" ucap Cakka duduk di sebelah ku
"Hm, iya" ucap ku
"Kalau sakit, kamu genggam tangan aku aja" ucap Cakka sambil menyentuh pipi ku yang bengkak dengan kapas
"Aw, sakit" rintih ku sambil memegang tangan Cakka.
Setelah selesai mengobati luka ku, Cakka langsung duduk di sebelah ku lagi.
"Kamu kenal sama Christ?" tanya Cakka
"Jangan tanya itu. Aku tidak mau mendengar namanya" jawab ku sambil menundukkan kepala
"Maaf. Kamu jangan sedih ya" ucap Cakka sambil memeluk ku
"Iya" ucap ku
"Ya sudah, aku pulang dulu" ucap Cakka sambil melepaskan pelukannya
"Aku tidak mau kamu pergi" ucap ku sambil menatap Cakka
"Ya sudah, aku temani kamu di sini" ucap Cakka tersenyum dan mencium keningku
"Terima kasih" ucap ku sambil memeluknya
"Iya. Kamu ada gitar? Kita nyanyi saja" ajak Cakka melepaskan pelukan ku
"Boleh juga. Aku ada gitar di kamar. Sebentar aku ambilkan jawab ku tersenyum
"Kamar kamu dimana?" tanya Cakka
"Di atas" jawab ku
"Ya sudah, kita ke atas saja. Daripada kamu keletihan naik-turun tangga" ucap Cakka sambil beranjak dari sofa
"Baiklah" ucap ku sambil menuju ke atas.
Sampai di kamar ku, aku langsung mengambil gitar. Sedangkan Cakka duduk di sofa kamar ku sambil melihat foto keluargaku.
"Ini gitarnya" ucap ku
"Iya. Kamu anaknya Om Farhan?" tanya Cakka tiba-tiba dan mengambil gitar ku
"Iya, memangnya kenapa?" tanya aku balik
"Nanti juga kamu tahu" jawab Cakka tersnyum
"Tau apa?" tanya ku
"Ada aja, ya sudah kita latihan saja" jawab Cakka sambil tersenyum
"Jangan buat aku penasaran" ucap ku
"Kita nyanyi dulu, baru aku beritahu" ucap Cakka
"Iya, jadi kita mau nyanyi apa?" tanya ku
"Lagu yang kamu suka saja" jawab Cakka
"Lagu Justin Bieber yang Overboard saja" ucap ku
"Ok" jawab Cakka sambil mulai memetik senar gitar, dan aku pun mulai bernyanyi


(Shilla)
It feels like we’ve been out at sea, whoa
So back and forth that’s how it seems, whoa
And when I wanna talk you say to me
That if it’s meant to be it will be
Whoa oh no
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much
Feels like I’m drowning without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Whoa
(Cakka)
I never understood you when you’d say, whoa
Wanted me to meet you halfway, whoa
Felt like I was doing my part
You kept thinking you were coming up short
It’s funny how things change cause now I see
Oh whoa
So crazy is this thing we call love
And now that we’ve got it we just can’t give up
I’m reaching out for you
Got me out here in the water
And I
I’m overboard (overboard)
And I need your love
Pull me up
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning (ohh)
Without your love
So throw yourself out to me
My lifesaver
Oh
It’s supposed to be some give and take I know
But you’re only taking and not giving anymore
So what do I do
Cause I still love you
(I still love you baby)
And you’re the only one who can save me
Whoa, whoa, whoa, oh
I’m overboard
And I need your love
Pull me up (pull me up)
I can’t swim on my own
It’s too much (it’s too much)
Feels like I’m drowning without your love
(I’m drowning baby, I’m drowning)
So throw yourself out to me
(I can’t swim)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
It’s crazy crazy crazy
(Lifesaver, oh lifesaver)
Lifesaver oh
(Lifesaver, oh lifesaver)
My lifesaver
(Lifesaver, oh lifesaver)
Yeah

"Suara kamu bagus banget Shil" puji Cakka
"Makasih, kamu juga" ucap ku
"Besok saja aku beritahu, ini sudah malam. Aku pulang dulu ya" ucap Cakka sambil mencium pipiku
"Iya" jawab ku sambil tersenyum, mungkin pipiku sudah merah padam saat ini.
"Shanin ada di rumah?" tanya Cakka
"Ada, tadi di kamarnya" jawab ku
"Ya sudah, aku pulang dulu. Bye" ucap Cakka sambil keluar dari kamarku

"Ya Tuhan, kenapa aku sangat senang Cakka dekat dengan ku. Apa aku benar - benar menyukai dia?"

Hari ini aku ulangan Fisika, tapi aku lupa belajar tadi malam. Akhirnya aku di sekolah datang pagi - pagi dan menghafalkan rumus - rumus fisika.
"Hai, Shilla" sapa Via
"Hai" ucap ku tapi mataku tetap menatap buku
"Kamu kenapa? Belum belajar?" tanya Via
"Iya, aku lupa." jawab ku
"Shilla, kamu kan pintar banget. Pasti kamu bisa mengerjakan soal yang di berikan Pak Dani" ucap Via
"Kamu jangan membuat ku terbang" ucap ku
"Haha, aku yakin kamu bisa mengerjakannya" ucap Via

Bell berbunyi, sudah pertanda masuk. Pak Dani pun membagi kan soal ulangan, dan benar kata Via aku bisa mengerjakannya. Sudah 2 jam mengerjakannya dan sekarang waktunya istirahat.
"Shil, ke kantin ayo" ajak Via
"Ayo" jawab ku
"Via, kami tidak diajak?" tanya Alvin dengan muka memelas
"Diajak dong, sayang" jawab Via
"Ehm, aku tidak diajak juga?" tanya Cakka
"Ikut saja" jawab Via
"Ya sudah, ayo ke kantin" ucap ku

Sampai di kantin, seperti biasa banyak yang mengajak ku untuk makan bersama.
"Hai, Shilla. Makan dengan ku ya?" ajak Ray
"aku sama teman - teman ku saja" jawab ku sambil tersenyum
"Shil, ayo cepetan kesana" ajak Via
"Iya," jawab ku sambil mengikuti Via
"Kalian mau pesan apa?" tanya Alvin
"Aku pesan yang biasa" jawab Via
"fruit tea aja" ucap aku bersamaan dengan Cakka
"Cocok banget kalian berdua" ledek Alvin
"Tidak cocoklah" bantah ku
"Sudah, lebih baik kau pesankan pesanan kami" ucap Cakka
"Iya" ucap Alvin sambil pergi memesan

*Karena aku hari ini ada pelajaran tambahan, aku pulang sangat telat. Tapi Cakka tetap menunggu ku di mobilnya, aku pun menghampiri Cakka*
"Hai, Kka" sapa ku sambil masuk ke mobil Cakka
"Hai, Shil. Kita makan dulu ya" ajak Cakka
"Baiklah" jawab ku

*Sampai di sebuah Taman, Cakka dan aku duduk di kursi yang dekat dengan danau*
"Shil, aku mau bicara" ucap Cakka
"Bicara saja" ucap ku
"Aku cinta sama kamu” ucap Cakka sambil menatapku
“Apa? Kamu tidak salah?” tanya ku
“Tidak.” jawab Cakka
“Maaf, aku tidak bisa menerima kamu” ucap ku
“Tidak apa. Aku hanya mengungkapkan perasaan ku saja” ucap Cakka sambil menunduk
“Maaf. Aku hanya butuh waktu” ucap ku sambil memegang pundak Cakka
“Aku akan menunggu kamu. Dan aku akan tetap mencintai kamu” ucap Cakka sambil menggenggam tangan ku
“Ya sudah, ayo balik. Ini sudah sore” ajak ku
“Ok, ayo” ucap Cakka sambil menarikku menuju mobil.

Sepanjang perjalanan aku merasa kepalaku pusing, mungkin penyakitku kambuh. Tapi aku tidak mau sampai Cakka tahu. Sayangnya, Cakka mengetahui.
“Shilla, kamu kenapa?” tanya Cakka
“Tidak apa.” Jawab ku sambil tersenyum
“Ya sudah, kalau begitu” ucap Cakka dan melanjutkan perjalanan.

Sampai di rumahku, Cakka mengantarku masuk ke rumah. Dan tiba – tiba kepalaku mulai pusing lagi dan hidungku mimisan. Cakka yang melihat itu langsung panik.
“Shilla, kamu kenapa?” tanya Cakka panik
“Aku hanya kecapekan” jawab ku
“Bohong, kamu jujur saja” ucap Cakka sambil menatapku
“Aku tidak apa” ucap ku sambil memegang kepalaku. 
Shanin yang tahu bahwa penyakitku kambuh langsung membawakan ku obat dan segelas air mineral.
“Ini, kau minum dulu” ucap Shanin sambil memberi obat dan air mineral.
 Akupun meminum obatku. Cakka yang tidak tahu apa yang terjadi, hanya memandangku curiga.
“Shanin, sebenarnya Shilla kenapa?” tanya Cakka tiba – tiba
“Tidak apa” jawab Shanin. Untung saja, dia mengerti kondisi ku saat ini.
“Apa Shilla sakit leukimia?” tebak Cakka sambil melihat tabung obat tadi. Shanin bingung ingin menjawab apa. Akupun menjawab pertanyaan Cakka.
“Iya. Aku memang sakit leukimia” jawab ku
“Kenapa kamu tidak pernah bilang?” tanya Cakka
“Maaf, belum waktunya” jawab ku
“Alvin dan Via sudah tau?” tanya Cakka
“Belum. Aku tidak mau mereka khawatir” Jawab ku
“Ya sudah. Tapi kamu harus kasih tahu ke mereka” ucap Cakka sambil merangkul pundakku
“Aku pasti kasih tahu mereka.” Ucap ku sambil tersenyum
“Ehhm. Inget ada orang di sini” sindir Shanin
“Haha.. Maaf  Shanin” ucap ku
“Kamu sudah baikan?” tanya Cakka
“Iya. Sudah kamu jangan khawatir” jawab ku
“Kan aku hanya menjalankan tugas ku sebagai calon ipar Shanin” ucap Cakka sambil tersenyum
“Apa? Jadi kalian sudah pacaran?” tanya Shanin penasaran
“Belum. Dia saja yang mengarang cerita” jawab ku
“Ya sudah, aku pulang saja” ucap Cakka sambil beranjak dari sofa
“Jangan, aku hanya bercanda. Sudah, kamu temenin aku saja” ucap ku sambil menarik tangan Cakka
“Iya sayang” ucap Cakka tersenyum

Aku sudah menceritakan penyakitku pada Alvin dan Sivia, dan 1 bulan kemudian tepatnya hari ini aku harus menjalankan pengobatan di Australia selama 5 bulan. Dan jika itu berhasil aku akan sembuh total, aku sangat sedih karena akan meninggalkan Shanin, Via, Alvin, dan terutama Cakka yang sudah resmi jadi kekasihku.
“Shilla, aku pasti akan merindukan mu” ucap Via
“Aku juga pasti merindukanmu” ucap ku sambil memeluk Via
“Semoga berhasil ya Shilla” ucap Alvin sambil tersenyum
“Pasti, kamu tetap jagain Via ya” ucap ku
“Aku akan selalu menjaganya” ucap Alvin
“Shilla, nanti aku sedih karena kamu pergi” ucap Shanin
“Kan ada Gemy yang jagain kamu Shan. Jadi jangan sedih dong” ucap ku
“Iya sih” ucap Shanin
“Shil, kalau kamu sudah sampai nanti hubungi aku” ucap Cakka
“Iya. Aku pasti merindukanmu” ucap ku dan memeluk Cakka
“Aku juga, tapi kamu harus sembuh. Aku pasti menunggumu” ucap Cakka
“Aku percaya kamu. Ya sudah aku berangkat dulu ya, bye” ucap ku dan mencium pipi Cakka
“Iya. Sampai jumpa” ucap Cakka dan teman -  teman ku

Setelah hampir 8 jam aku berada di perjalanan, sekarang aku berada di Sidney, Australia. Aku sudah di jemput oleh sepupu ku yang bernama Ray. Dan kamipun menuju rumah Om Dave dan Tante Desy, orang tua Ray.
“Shilla, kamu apa kabar?” tanya Tante Desy sambil memelukku
“Aku baik – baik saja” jawab ku
“Kamu makin cantik saja” puji Om Dave
“Terima kasih Om” ucap ku
“Jadi nanti sore kamu akan mulai pengobatan?” ucap Ray
“Iya” jawab ku
“Ray, kam antarkan Shilla ke kamarnya” ucap Tante Desy
“Siap Mom, ayo Shilla” ajak Ray sambil membawakan koper ku
“Ok” ucap ku

Sampai di kamar, aku langsung menghubungi Cakka. Setelah itu aku istirahat, karena sore nanti aku akan mulai pengobatan.

.

.

.

.

Sudah beberapa bulan aku menjalani pengobatan dan keadaanku sudah sembuh. Aku mengikuti Home Scholling di Australia dan saat ini aku sudah lulus, karena aku mengikuti tes ujian. Sekarang aku akan kembali ke Indonesia. Aku sangat merindukan teman – temanku, adikku, dan kekasih ku. Walau aku dan Cakka berhubungan jarak jauh, kami tetap berpacaran.
.

.

.

.

.
Aku pun sampai di Indonesia. Di bandara Shanin-Gemy dan Alvin-Via telah menjemputku, tetapi Cakka tidak ada karena dia sibuk jadi ia tidak bisa menjemputku.
“Shilla, aku kangen banget sama kamu” ucap Shanin dan Via sambil memelukku
“Aku juga kangen sama kamu” ucap ku sambil tersenyum
“Gimana? Kamu sudah sembuh total?” tanya Alvin
“Iya dong, dan aku lebih duluan lulus daripada kalian” ucap ku
“Kok bisa?” tanya Via
“Bisa kan aku ikut tes ujian” jawab ku
“Kamu ini memang pintar” puji Alvin
“Ya sudah, ayo kita jalan – jalan dulu” ajak Gemy
“Ok” jawab ku

Sampai di sebuah Mall yang aku rindukan. Kamipun memutari kawasan Mall itu, setelah kami lelah kami langsung ke Cafe Love yang berada tidak jauh dari Mall.
“Shil, hubungan kamu sama Cakka gimana?” tanya Via hati – hati
“Baik – baik saja. Memangnya kenapa?” tanya ku
“Tidak apa, aku hanya bertanya” ucap Via tersenyum.

Selesai makan kamipun menuju parkiran, Alvin dan Via sudah duluan pulang dengan mobilnya. Aku, Shanin, dan Gemy pulang dengan mobil Gemy, sebelum aku naik mobilnya aku melihat Cakka sedang bersama seorang gadis. Aku pun menghampirinya, tanpa menghiraukan Shanin yang memanggilku.
“Cakka?” sapa ku
“Shilla?” jawabnya terkejut
“Dia siapa sayang?” tanya gadis itu. Sayang? Apa Cakka selingkuh.
“Aku hanya teman lamanya saja” ucap ku sambil tersenyum, dan menahan sakit hati ku melihat Cakka dengan gadis itu.
“Benar sayang?” tanya gadis itu
“Iya” jawab Cakka, tampak mukanya khawatir
“Aku Priscil, namamu siapa?” tanya Priscil dengan sinis
“Aku Shilla. Ya sudah aku pulang dulu” jawab ku dan meninggalkan mereka menuju mobil Gemy.
Di mobil, aku hanya tediam. Dari tadi Shanin sudah mencoba mengajakku berbicara, tapi aku tidak menjawab.
Sampai di rumah aku langsung masuk ke kamar. Di luar Shanin dan Gemy memandangku khawatir.
“Cakka memang kurang ajar” ucap Shanin geram, karena tahu penyebab Shilla bersikap dingin.
“Ya sudah sayang, kamu tenangin Shilla saja dulu. Cakka jangan kamu pikirin” ucap Gemy
“Ok sayang, aku masuk dulu” ucap Shanin sambil mencium pip Gemy
“Iya” ucap Gemy sambil menuju mobilnya

Sampai di depan kamar Shilla. Shanin bingung, dia akan menenangkan Shilla bagaimana. Karena Shanin tahu, Shilla baru pertama kali di sakitin oleh cowok. Langsung saja Shanin masuk ke kamar Shilla, dan melihat Shilla sedang menangis.
“Kak” panggil Shanin
“Iya. Kenapa?” tanya ku sambil menghapus air mataku dan tersenyum
“Kakak, kalau mau nangis jangan ditahan. Aku tahu kakak lagi sedih” ucap Shanin ikut sedih
“Hikks, hikss. Aku salah anggap Cakka itu baik” ucap ku sambil menangis
“Aku ngerti. Tapi kakak gak boleh nangis gara – gara dia. Kakak harus kuat, kan masih banyak yang sayang sama kakak” ucap Shanin
“Iya. Kakak pasti kuat” ucap ku sambil memeluk Shanin

Besoknya, karena aku akan mengikuti tes ujian masuk Universitas Indonesia, aku bangun pagi dan langsung menuju kampus.
Sampai di kampus aku melihat banyak mahasiswa yang sudah daftar, mungkin hanya aku yang paling muda di sini karena baru berumur 15 tahun. Tiba – tiba ada cowok menghampiriku.
“Hai, Shilla” sapanya
“Hai juga. Kamu tahu namaku darimana?” tanya ku
“Kamu lupa dengan ku? Aku Gabriel sepupu kamu dari Singapura” jawab Gabriel
“Ya ampun, aku baru ingat. Kapan kamu ke sini?” tanya ku
“Baru hari ini. Aku kan akan tinggal di sini” jawab Gabriel
“Bagus kalau begitu. Kamu tinggal di rumah ku saja” ucap ku
“Boleh juga. Soalnya ayahku juga sibuk” ucap Gabriel
“Ok kalau begitu” ucap ku
“Kamu sudah kuliah? Kan kamu masih 15 tahun” tanya Gabriel
“Aku ikut akselerasi” jawab ku

Setelah pendaftaran, aku dan Gabriel jalan – jalan.
“Yel, kamu sudah punya pacar?” tanya ku
“Sudah. Dia juga di Jakarta” jawab Gabriel
“Kenalin dong?” ucap ku
“Nanti, dia lagi sibuk. Kamu kan juga punya pacar, yang namanya Cakka kan?” tanya Gabriel
“Sudah putus” jawab ku singkat
“Apa? Kayaknya Cakka itu sudah buta, mau putus sama kamu” ucap Gabriel
“Sebenarnya aku dan Cakka belum ada kata putus” ucap ku
“Terus? Kenapa kamu bilang putus?” tanya Gabriel
“Dia selingkuh” jawab ku
“Kurang ajar banget dia. Masa bisa selingkuh dari kamu” ucap Gabriel
“Sudahlah, aku gak mau bahas dia” ucap ku
“Aku mau tau Cakka yang mana” ucap Gabriel
“Tanya saja dengan orangnya” ucap ku santai
“Kalau aku tau orangnya, aku tidak akan tanya – tanya ke kamu” ucap Gabriel
“Haha. . Iya juga” ucap ku sambil nyengir

Setelah aku diantar Gabriel pulang, ada telvon masuk dari Cakka. Aku bingung harus mengangkatnya atau tidak karena dari tadi malam Cakka terus menelvonku. Tapi aku tidak mau di sakit hati, lebih baik aku mengabaikan telvonnya.
Sore – sore aku hanya duduk di balkon kamar ku. Sepertinya aku salah tempat, karena dari sini aku bisa melihat Cakka yang sedang bermesraan dengan Priscil.
“Sadar Shil, dia bukan pacar kamu lagi! Jangan mengharapkan dia” gumam ku dan masuk ke kamar.

Tiba – tiba Via dan Alvin masuk ke kamar ku tanpa ketuk.
“Hai, Shilla” sapa Via
“Tumben ke rumah. Kenapa?” tanya ku
“Memangnya kami tidak boleh ke rumah kamu lagi? Teganya kau Shilla” ucap Alvin lebay
“Sejak kapan kau jadi lebay?” tanya ku
“Sejak aku pacaran dengan Via” jawab Alvin
“Ya ampun, lebaynya” sindir ku
“Kenapa? Kasian ya, gak ada pacar” ledek Alvin
“Alvin! Shil, maafin alvin ngomongnya gak bisa diam” ucap Via
“Tidak apa. Memang benar kayak gitu” ucap ku
“Cakka memang kurang ajar, kamu tidak perlu sedih gara – gara dia” ucap Alvin
“Aku sudah tidak sedih lagi.” Ucap ku
“Bagus kalau begitu” ucap Via

Besoknya aku ke SMA Idola, karena aku harus mengambil data milik sekolah dan memberinya ke Om Daniel ayah Gabriel yang selama ini membantuku mengurusi perusahaan dan yayasan ayahku.
Walau aku sudah lama tidak ke sekolah ini, ternyata tetap banyak yang memuji ku seperti dulu.
Aku melewati lapangan basket yang biasanya aku bermain di sana dan terlintas pertama kali aku bertemu dengan Cakka. Akupun langsung menuju ke ruang Pak Rangga.
“Misi, Pak” sapa ku
“Masuk saja” jawab Pak Rangga
“Pak, saya mau ambil data siswa – siswi yang mau daftar tahun ini” ucap ku
“Ini dia, kamu makin cantik saja” ucap Pak Rangga sambil memberikan sebuah flashdisk
“Terima kasih Pak, saya sudah boleh keluar” ucap ku sambil tersenyum
“Silahkan” ucap Pak Rangga

Sebelum meninggalkan sekolah, aku menemui Alvin dan Via yang sudah menungguku di kantin.
“Hai” sapa ku sambil duduk di depan Alvin dan Via
“Hai juga” ucap Via
“Rencananya besok kami mau ke Puncak. Kamu mau ikut?” tanya Alvin
“Boleh. Siapa saja yang ikut?” tanya ku
“Semua siswa – siwi SMA Idola yang kelas 12” jawab Via
“Kalau begitu aku bawa seseorang boleh?” tanya ku
“Boleh. Kan kamu pemilik yayasan, terserah kamu mau bawa siapapun” jawab Alvin
“Seseorang siapa? Pacar baru?” tanya Via
“Bukan pacarku. Dia sepupuku” jawab ku

Besoknya aku mengajak Gabriel pergi ke Puncak, kami memakai mobil pribadi. Sedangkan siswa – siswi SMA Idola memakai bis.
Aku dan Gabriel menunggu siswa – siswi di sebuah taman.
“Shilla” ucap Gabriel
“Kenapa?” tanya ku
“Nanti ada pacarku juga” jawab Gabriel
“Memangnya nama pacar kamu siapa?” tanya ku
“Gak boleh tahu, nanti juga tahu sendiri” jawab Gabriel
“Nyebelin” gerutu ku
“Udah, itu bis udah datang” ucap Gabriel sambil berjalan menuju bis

Saat Cakka turun dari bis, dia merasa cemburu karena Shilla dekat dengan Gabriel.
Dan tiba – tiba Cakka menarik Shilla ke bawah pohon besar.
“Kamu kenapa sih?” tanya ku
“Aku gak suka kalau kamu dekat sama cowok tadi” jawab Cakka
“Memangnya kenapa? Kita sudah tidak ada hubungan lagi” ucap ku sambil meninggalkan Cakka. Tapi Cakka menarik tanganku dan dia langsung memelukku.
“Aku sayang kamu” ucap Cakka
“Aku juga, tapi aku terlanjur sakit hati” ucap ku sambil melepas pelukan Cakka
“Maaf. Aku tidak bermaksud untuk selingkuh. Tapi aku takut kamu melupakan ku” ucap Cakka
“Aku tidak pernah melupakanmu, buktinya aku tetap menghubungimu setiap hari” ucap ku
“Tapi kenapa kamu di Australia selalu bersama seorang cowok?” tanya Cakka
“Siapa? Ray dia sepupu ku” jawab ku
“Bukan. Tapi Raka” ucap Cakka
“Dia cuman teman ku saja” ucap ku
“Tapi kenapa kamu bersama dia setiap hari?” tanya Cakka
“Kamu gak percaya sama aku? Dia juga sudah punya pacar, tidak mungkin aku merebutnya. Sekarang aku mau tanya, kenapa kamu selingkuh dengan Priscil?” tanya ku
“Aku cuman..” jawab Cakka bingung
“Apa? Kamu selingkuh kan? Sudah terbukti siapa yang salah”  ucap ku
“Maaf Shil” ucap Cakka
“Kamu tahu? Kenapa aku mau ikut pengobatan di Australia? Itu karena aku sayang sama kamu. Sekarang kamu hanya membuat aku sakit hati” ucap ku
“Aku minta maaf Shil. Aku pasti mutusin Priscil sekarang, kalau kamu mau” ucap Cakka
“Tidak perlu, kamu lebih baik bersama Priscil. Ya sudah, kamu jangan ganggu aku lagi.” Ucap ku sambil berjalan menuju Alvin – Via, Gabriel dan Priscil.
Apa? Priscil? bukannya dia pacar Cakka tapi kenapa dia bersama Gabriel, sudahlah aku tidak mau memikirkannya.
“Hai” sapa ku
“Hai juga” jawab Alvin – Via dan Gabriel
“Kenalin ini pacar aku Priscil” ucap Gabriel. Apa? Pacar, tidak salah?
“Sudah kenal” ucap ku sambil tersenyum. Tiba – tiba Cakka datang dan menarik Priscil.
“Kamu kenapa sama dia?” tanya Cakka
“Dia pacar ku” jawab Priscil
“Kamu itu masih pacarku” bentak Cakka
“Sekarang kita putus” ucap Priscil santai
“Kamu keterlaluan” ucap Cakka sambil pergi tidak tahu kemana.
“Jadi kamu pacaran sama Cakka?” tanya Gabriel
“Tidak, kami sudah putus” jawab Priscil manis
“Kita putus. Asal kamu tahu, kamu sudah merusak hubungan orang lain” ucap Gabriel
“Apa? Putus? Tidak bisa” ucap Priscil
“Memangnya kenapa? Aku maunya kita putus” ucap Gabriel dan pergi. Aku, Alvin – Via juga ikut pergi meninggalkan Priscil.

“Jadi itu yang namanya Cakka?” tanya Gabriel
“Iya” jawab ku
“Lebih baik kamu cari dia.” Ucap Gabriel
“Tapi ---“ ucap ku terpotong dengan omongan Gabriel
“Gak pakai tapi, kamu harus cari Cakka” ucap Gabriel
“Baiklah” ucap ku. Akupun mencari Cakka, ternyata dia sedang di hutan lebih tepatnya duduk di bawah pohon besar.
“Cakka” sapaku
“Shilla” ucap Cakka
“Kamu kenapa?” tanya ku sambil duduk di samping Cakka
“Aku tidak apa. Aku hanya butuh kamu” jawab Cakka sambil memelukku
“Aku sudah ada di sini” ucap ku sambil melepaskan pelukannya, tapi tiba – tiba Cakka mencium bibir ku, aku yang terkejut hanya diam dan membalas ciumannya.
Sudah beberapa menit akhirnya Cakka menghentikan kelakuannya itu.
“Shil, aku masih sayang sama kamu” ucap Cakka sambil menatap ku
“Aku juga” ucap ku
“Jadi kita balikan?” tanya Cakka
“Iya. Kita balikan. Tapi kamu janji gak akan tinggalin aku” ucap ku sambil tersenyum
“Iya sayang” ucap Cakka.
Ternyata kalimat “Indah Pada Waktunya” itu memang ada di setiap orang.

Akhirnya selesai.
Maaf hancur, maklum amatiran.
Follow >> @VirginiaTrza_09 Folback? Just Mention.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar